WAJAH NEGERIKU
Karya : S. Retno Indaryanti (Lie Phan)
Aku membuka mata kecilku
Gelap dan dingin, emak masih mendekap aku
‘aku mau main, mak!’
“tidak bisa Nak, langit sedang marah’.
Aku membuka mata kecilku besoknya
Gelap dan lebih dingin dan sangat pengap
‘aku ingin main, Mak!’ aku berbisik menggema
‘Nak, kita tidak lagi bisa keluar rumah’
Emakku mencari mulut kecilku, memberikan susunya
Aku mulai merasa hangat, ‘Emak takut?’ bisikku
‘Emak tidak ada waktu untuk ketakutan, Nak
Emak sibuk meminta ampun’
Kepala kecilku berdengung oleh suara Emak
‘kenapa lama sekali emak meminta ampun?’
‘Nak, banyak sekali nama yang harus emak sebut
untuk dimintakan ampunan pada Tuhan…….’
Aku membuka mata kecilku
Setitik cahaya mengintip menyilaukan,
Dan suara orang-orang ramai menggali rumahku
“Allah Maha Besar …..mereka selamat!”
Untuk pertama kalinya dalam hidupku,
Aku melihat senyum terindah wajah emakku
Dan aku bernazar, suatu saat yang sama kelak……
Emak tidak menyebut namaku…….
Karya : S. Retno Indaryanti (Lie Phan)
Aku membuka mata kecilku
Gelap dan dingin, emak masih mendekap aku
‘aku mau main, mak!’
“tidak bisa Nak, langit sedang marah’.
Aku membuka mata kecilku besoknya
Gelap dan lebih dingin dan sangat pengap
‘aku ingin main, Mak!’ aku berbisik menggema
‘Nak, kita tidak lagi bisa keluar rumah’
Emakku mencari mulut kecilku, memberikan susunya
Aku mulai merasa hangat, ‘Emak takut?’ bisikku
‘Emak tidak ada waktu untuk ketakutan, Nak
Emak sibuk meminta ampun’
Kepala kecilku berdengung oleh suara Emak
‘kenapa lama sekali emak meminta ampun?’
‘Nak, banyak sekali nama yang harus emak sebut
untuk dimintakan ampunan pada Tuhan…….’
Aku membuka mata kecilku
Setitik cahaya mengintip menyilaukan,
Dan suara orang-orang ramai menggali rumahku
“Allah Maha Besar …..mereka selamat!”
Untuk pertama kalinya dalam hidupku,
Aku melihat senyum terindah wajah emakku
Dan aku bernazar, suatu saat yang sama kelak……
Emak tidak menyebut namaku…….
0 komentar:
Posting Komentar